Keberhasilan imunisasi berkaitan erat dengan pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk mengimunisasikan bayinya. Pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Sungai Piring (45,6 %) masih jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah (90%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Sungai Piring. Jenis penelitian ini menggunakan metode Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan 20 Januari 2012 di Puskesmas Sungai Piring Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi berusia 0 - 11 bulan, berjumlah 684 orang. Sampel diambil dengan cara Accidental Sampling yaitu sejumlah 42 orang. Pengumpulan data menggunakan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Pengolahan data secara komputerisasi dengan bantuan perangkat lunak komputer. Analisa data menggunakan analisa bivariat.Hasil penelitian didapat dari 42 responden mayoritas pengetahuan ibu baik yaitu 22 orang (52,4%), pendidikan ibu rendah 24 orang (57,1 %) dan ibu yang bekerja 16 orang (37,2%) dalam pemberian imunisasi. Analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p = 0,031) dan pekerjaan (p =0,004) dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Sungai Piring dengan nilai α 0,05 sementara faktor pendidkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,350). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik, tingkat pendidikan ibu rendah dan masih ada ibu bekerja yang tidak memberikan imunisasi pada anaknya.
Kata kunci : Faktor ibu, imunisasi BCG.
Factors Associated With the Provision of BCGImmunization in Infants in the River Platedistrict health center Indragiri Hilir Year2012
Abstract : The success of immunization is closely related to knowledge, education and employmentof mothers who have babies for immunizing infants. BCG immunizationin infants at the health center the River Plate (45.6%) are stillfar below the target set by the government (90%). The purpose of this study to determine the factors associated with infantBCG immunization at the health center the River Plate. This type of research using Analytical methods. The study was conducted on December 10 through January 20, 2012 at thehealth center population that used the RiverPlate are allmothers with babies aged 0-11 months, totaling 684 people. Samples were taken in a way that is Accidental Samplingsome 42 people. Collecting data using a questionnaire with the research instrument. Computerizedprocessing of data using SPSS version 13. Analysis of data using univariate and bivariateanalysis. The results obtained from 42respondents the majority of maternal knowledge of boththe 22 men (52.4%), low maternal education (57.1%) and working mothers (37.2%) in the provision of immunization. Bivariate analysis found a significant association between knowledgeand work withBCG immunization in infants at the health centerwith a tally of the River Plate P value of 0.05. From the research results can be concluded that the majority of respondents either knowledgeable, lowmaternal education level and there is still a workingmother who does not provide immunizations to the health and son.
Key words: Maternal factors, BCG immunization.
Pendahuluan
WHO memperkirakan bahwa TBC merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian anak dan dewasa. Karena sulitnya menegakkan diagnosis TBC pada anak, data TBC sangat terbatas termasuk di Indonesia (Sofiudin, 2009). Upaya Pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi adalah salah satunya melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Imunisasi di Indonesia secara teratur mulai dikembangkan Pemerintah sejak Tahun 1977 dengan tujuan utama untuk mencegah kematian balita karena infeksi. Sejak imunisasi dijalankan, berdampak pada menurunnya angka kematian bayi. (Siswojo, 2003).
Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki oleh seseorang amat penting peranannya dalam menentukan nilai terhadap kesehatan. Tingkat pendidikan seseorang akan meningkatkan pengetahuan dan selanjutnya dapat mempengaruhi kemampuan dalam meningkatkan individu dalam mengaplikasikan nilai-nilai kesehatan. Ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada imunisasi anak tersebut.
Data yang penulis dapatkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir memiliki 25 Puskesmas, dengan rata-rata cakupan imunisasi masih di bawah target UCI (90%). Puskesmas Sungai Piring adalah Puskesmas dengan cakupan imunisasi BCG terendah, yaitu 45,6% (Dinkes Kab. Inhil, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian Imunisasi BCG pada Bayi di Puskesmas Sungai Piring Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 terutama factor Pengetahuan, pendidikan dan ibu Bekerja.
Metode
Metode penelitian ini menggunakan metode Analitik melalui pendekatan cross sectional dan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan pada tanggal 10 sampai dengan 20 Januari 2012.
Hasil
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa dari 20 orang (47,6%) responden yang memiliki pengetahuan kurang baik 6 orang (28,6%) mendapatkan imunisasi BCG, 14 orang (66,7%) tidak mendapat imunisasi BCG. Sedangkan dari 22 orang (52,4%) responden yang memiliki pengetahuan baik 15 orang (71,4%) mendapatkan imunisasi BCG dan 7 orang (33,3%) tidak mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan hasil uji statistik antara variabel pengetahuan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,031 (p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi.
Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa dari 24 orang (57,1%) responden memiliki tingkat pendidikan rendah 14 orang (66,7%) mendapatkan imunisasi BCG, 10 orang (47,6%) tidak mendapat imunisasi BCG sedangkan dari 18 orang (42,9%) responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi 7 orang (33,3%) mendapatkan imunisasi BCG dan 11 orang (52,4%) tidak mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan hasil uji statistik antara variabel tingkat pendidikan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,350 ( p > 0,05 ) ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi.
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 16 orang (38,1%) responden yang bekerja 3 orang (14,3%) mendapatkan imunisasi BCG, 13 orang (61,9%) tidak mendapat imunisasi BCG sedangkan dari 26 orang (61,9%) responden tidak bekerja 18 orang (85,7%) mendapatkan imunisasi BCG, 8 orang (38,1%) tidak mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan hasil uji statistik antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,004 (p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi.
Pembahasan
Pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi karena dari hasil uji Statistik diperoleh nilai p = 0,031 ( p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi. Pengetahuan ini bermakna karena, kemauan untuk mengimunisasikan anak erat kaitannya dengan kesadaran ibu untuk membekali anaknya dengan kesehatan, pengetahuan juga akan menentukan sikap seorang ibu untuk mengimunisasikan anaknya. Ini membuktikan bahwa pengetahun akan mempengaruhi sikap dan kesadaran ibu untuk melakukan imunisasi karena mereka sudah menganggap sebagai suatu kebutuhan untuk melindungi anaknya sejak dini dari penyakit.
Faktor lain yang memungkinkan meningkatnya pengetahuan ibu dapat juga diperoleh dari pengamatan dan informasi yang didapat dari seseorang terutama tenaga kesehatan dan kader serta adanya akses media massa seperti surat kabar, radio dan televisi. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2005), terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi DPT 2 terhadap anaknya.
Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Idwar (2000) di Kabupaten Aceh Besar menyatakan bahwa terdapat kecenderungan lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya pada ibu yang mempunyai pengetahuan lebih baik tentang imunisasi dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang tentang imunisasi. Sesuai dengan pendapat Laurence Green bahwa faktor yang mempermudah terjadinya perilaku pada seseorang (predisposing factor) mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Hasil uji statistik antara variabel pendidikan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,350 ( p > 0,05) ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi. Ini membuktikan bahwa imunisasi itu merupakan suatu kebutuhan bagi semua orang atau keluarga untuk melindungi anaknya sejak dini dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, jadi orang yang merasa butuh walaupun pendidikannya rendah akan berusaha untuk mengimunisasikan anaknya, berbeda dengan orang yang merasa tidak membutuhkan imunisasi untuk kesehatan anaknya, walaupun pendidikannya tinggi jika tidak butuh maka ia tidak akan mau untuk mengimunisasikan anaknya.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Idwar (2000) di Kabupaten Aceh Besar bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang ibu maka semakin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA dan 0,961 kali untuk SLTP sederajat.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Khalimah (2007) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pencapaian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang.
Teori Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi secara hirarkinya, salah satunya adalah kebutuhan rasa aman termasuk kebutuhan bebas dari penyakit atau masalah kesehatan. Hal ini terjadi karena walaupaun pendidikan seseoranag itu tinggi misalnya tamatan sarjana pertanian belum tentu mereka mengetahui tentang manfaat imunisasi namun sebaliknya walaupun tingkat pendidikan mereka rendah tetapi mereka mengerti tentang pentingnya manfaat imunisasi bagi anak meraka.
Hasil uji statistik antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p= 0,004 (p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ali, Muhammad (2002) yaitu tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang imunisasi antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, dimana tingkat pengetahuan tentang imunisasi ini masih sangat kurang. Begitupun, walau tanpa dasar pengetahuan yang memadai ternyata di kalangan ibu tidak bekerja sikap dan perilaku mereka tentang imunisasi lebih baik dibanding ibu yang bekerja. Namun menurut hasil kesimpulan penelitian Idwar (2000), justru menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai risiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Hal tersebut membuktikan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktu luang untuk berkesempatan memperhatikan kebutuhan/imunisasi anaknya dibandingkan ibu yang bekerja. Tentunya aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada imunisasi anak tersebut.
Referensi
Achmadi, Umar Fahmi, (2006). Imunisasi Mengapa Perlu. Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara.
Agustina. dkk, (2001), Cakupan Imunisasi Balita dan Asi Eksklusif Di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Nasional, 250> Diakses dari http: // www.Google.com.12 Oktober 2009.
Ali, M. (2004). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Ali,Muhammad. (2002), Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Tentang Imunisasi, Medan,2002. http://library.usu.ac.id /modules.php. op= modload [16 Januari,2008 ]
Antoni P, (2008), Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Motivasi Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Bayi di Posyandu Guguak Malintang Wilayah di Puskesmas Gunung Kelurahan Ekor Lubuk Padang Panjang Timur 2008
Dep.Kes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jendral PP & PL. Jakarta: Depkes RI.
Dep.Kes RI. (2005). Keputusan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta. Dep. Kes. RI.
__________. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jendral PP & PL. Jakarta: Depkes RI.
__________. (2007). Rencana Pembangunan Kesehatan 2005-2010. Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI.
Gunodarmo, I. dan I Nyoman Sandika (2000). Perilaku Keorganisasian, cetakan kedua. Yogyakarta.
Hidayat. AAA. (2007). Metedologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika. Jakarta.
Idwar, (2000), Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Imunisasi Bayi di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Diakses dari http: //Depkes.com tanggal 22 Januari 2009.
Khalimah U. (2007) Hubungan Pendidikan dengan Pencapaian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang.
Laporan Unicef, tentang Himbauan Untuk Menyelamatkan Anak dengan Imunisasi. Diakses dari http: // www.Unicef org./ Indonesia.id / media 3175 html. 21 Januari 2008.
Nopriwan, M. (2008), Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pencapaian Imunisasi di Puskesmas Pangean Taluk Kuantan Tahun 2008. (Skripsi) Padang, PSIKM FK Unand.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_____________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.
_____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Simamora, B. (2004). Panduan Riset Perilaku Konsumen, cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Singarimbun, Masri dkk. Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi LP3ES
Sofiudin, (2009), Http://One.Indoskripsi.com.TBC Pada Anak.diakses pada tanggal 16 Oktober 2009.
Sumarwan, U. (2003). Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Swistantoro. (2004). Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan. Pekanbaru.
Taufik, M. (2007). Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan, Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV. Infomedika.
Zein, A.Y. dan Eko Suryani. (2005). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.
Referensi
Keberhasilan imunisasi berkaitan erat dengan pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk mengimunisasikan bayinya. Pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Sungai Piring (45,6 %) masih jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah (90%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Sungai Piring. Jenis penelitian ini menggunakan metode Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan 20 Januari 2012 di Puskesmas Sungai Piring Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi berusia 0 - 11 bulan, berjumlah 684 orang. Sampel diambil dengan cara Accidental Sampling yaitu sejumlah 42 orang. Pengumpulan data menggunakan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Pengolahan data secara komputerisasi dengan bantuan perangkat lunak komputer. Analisa data menggunakan analisa bivariat.Hasil penelitian didapat dari 42 responden mayoritas pengetahuan ibu baik yaitu 22 orang (52,4%), pendidikan ibu rendah 24 orang (57,1 %) dan ibu yang bekerja 16 orang (37,2%) dalam pemberian imunisasi. Analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p = 0,031) dan pekerjaan (p =0,004) dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Sungai Piring dengan nilai α 0,05 sementara faktor pendidkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,350). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik, tingkat pendidikan ibu rendah dan masih ada ibu bekerja yang tidak memberikan imunisasi pada anaknya.
Kata kunci : Faktor ibu, imunisasi BCG.
Factors Associated With the Provision of BCGImmunization in Infants in the River Platedistrict health center Indragiri Hilir Year2012
Abstract : The success of immunization is closely related to knowledge, education and employmentof mothers who have babies for immunizing infants. BCG immunizationin infants at the health center the River Plate (45.6%) are stillfar below the target set by the government (90%). The purpose of this study to determine the factors associated with infantBCG immunization at the health center the River Plate. This type of research using Analytical methods. The study was conducted on December 10 through January 20, 2012 at thehealth center population that used the RiverPlate are allmothers with babies aged 0-11 months, totaling 684 people. Samples were taken in a way that is Accidental Samplingsome 42 people. Collecting data using a questionnaire with the research instrument. Computerizedprocessing of data using SPSS version 13. Analysis of data using univariate and bivariateanalysis. The results obtained from 42respondents the majority of maternal knowledge of boththe 22 men (52.4%), low maternal education (57.1%) and working mothers (37.2%) in the provision of immunization. Bivariate analysis found a significant association between knowledgeand work withBCG immunization in infants at the health centerwith a tally of the River Plate P value of 0.05. From the research results can be concluded that the majority of respondents either knowledgeable, lowmaternal education level and there is still a workingmother who does not provide immunizations to the health and son.
Key words: Maternal factors, BCG immunization.
Pendahuluan
WHO memperkirakan bahwa TBC merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian anak dan dewasa. Karena sulitnya menegakkan diagnosis TBC pada anak, data TBC sangat terbatas termasuk di Indonesia (Sofiudin, 2009). Upaya Pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi adalah salah satunya melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Imunisasi di Indonesia secara teratur mulai dikembangkan Pemerintah sejak Tahun 1977 dengan tujuan utama untuk mencegah kematian balita karena infeksi. Sejak imunisasi dijalankan, berdampak pada menurunnya angka kematian bayi. (Siswojo, 2003).
Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki oleh seseorang amat penting peranannya dalam menentukan nilai terhadap kesehatan. Tingkat pendidikan seseorang akan meningkatkan pengetahuan dan selanjutnya dapat mempengaruhi kemampuan dalam meningkatkan individu dalam mengaplikasikan nilai-nilai kesehatan. Ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada imunisasi anak tersebut.
Data yang penulis dapatkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir memiliki 25 Puskesmas, dengan rata-rata cakupan imunisasi masih di bawah target UCI (90%). Puskesmas Sungai Piring adalah Puskesmas dengan cakupan imunisasi BCG terendah, yaitu 45,6% (Dinkes Kab. Inhil, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian Imunisasi BCG pada Bayi di Puskesmas Sungai Piring Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 terutama factor Pengetahuan, pendidikan dan ibu Bekerja.
Metode
Metode penelitian ini menggunakan metode Analitik melalui pendekatan cross sectional dan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan pada tanggal 10 sampai dengan 20 Januari 2012.
Hasil
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa dari 20 orang (47,6%) responden yang memiliki pengetahuan kurang baik 6 orang (28,6%) mendapatkan imunisasi BCG, 14 orang (66,7%) tidak mendapat imunisasi BCG. Sedangkan dari 22 orang (52,4%) responden yang memiliki pengetahuan baik 15 orang (71,4%) mendapatkan imunisasi BCG dan 7 orang (33,3%) tidak mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan hasil uji statistik antara variabel pengetahuan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,031 (p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi.
Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa dari 24 orang (57,1%) responden memiliki tingkat pendidikan rendah 14 orang (66,7%) mendapatkan imunisasi BCG, 10 orang (47,6%) tidak mendapat imunisasi BCG sedangkan dari 18 orang (42,9%) responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi 7 orang (33,3%) mendapatkan imunisasi BCG dan 11 orang (52,4%) tidak mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan hasil uji statistik antara variabel tingkat pendidikan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,350 ( p > 0,05 ) ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi.
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 16 orang (38,1%) responden yang bekerja 3 orang (14,3%) mendapatkan imunisasi BCG, 13 orang (61,9%) tidak mendapat imunisasi BCG sedangkan dari 26 orang (61,9%) responden tidak bekerja 18 orang (85,7%) mendapatkan imunisasi BCG, 8 orang (38,1%) tidak mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan hasil uji statistik antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,004 (p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi.
Pembahasan
Pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi karena dari hasil uji Statistik diperoleh nilai p = 0,031 ( p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi. Pengetahuan ini bermakna karena, kemauan untuk mengimunisasikan anak erat kaitannya dengan kesadaran ibu untuk membekali anaknya dengan kesehatan, pengetahuan juga akan menentukan sikap seorang ibu untuk mengimunisasikan anaknya. Ini membuktikan bahwa pengetahun akan mempengaruhi sikap dan kesadaran ibu untuk melakukan imunisasi karena mereka sudah menganggap sebagai suatu kebutuhan untuk melindungi anaknya sejak dini dari penyakit.
Faktor lain yang memungkinkan meningkatnya pengetahuan ibu dapat juga diperoleh dari pengamatan dan informasi yang didapat dari seseorang terutama tenaga kesehatan dan kader serta adanya akses media massa seperti surat kabar, radio dan televisi. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2005), terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi DPT 2 terhadap anaknya.
Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Idwar (2000) di Kabupaten Aceh Besar menyatakan bahwa terdapat kecenderungan lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya pada ibu yang mempunyai pengetahuan lebih baik tentang imunisasi dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang tentang imunisasi. Sesuai dengan pendapat Laurence Green bahwa faktor yang mempermudah terjadinya perilaku pada seseorang (predisposing factor) mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Hasil uji statistik antara variabel pendidikan ibu dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p = 0,350 ( p > 0,05) ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi BCG pada bayi. Ini membuktikan bahwa imunisasi itu merupakan suatu kebutuhan bagi semua orang atau keluarga untuk melindungi anaknya sejak dini dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, jadi orang yang merasa butuh walaupun pendidikannya rendah akan berusaha untuk mengimunisasikan anaknya, berbeda dengan orang yang merasa tidak membutuhkan imunisasi untuk kesehatan anaknya, walaupun pendidikannya tinggi jika tidak butuh maka ia tidak akan mau untuk mengimunisasikan anaknya.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Idwar (2000) di Kabupaten Aceh Besar bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang ibu maka semakin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA dan 0,961 kali untuk SLTP sederajat.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Khalimah (2007) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pencapaian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang.
Teori Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi secara hirarkinya, salah satunya adalah kebutuhan rasa aman termasuk kebutuhan bebas dari penyakit atau masalah kesehatan. Hal ini terjadi karena walaupaun pendidikan seseoranag itu tinggi misalnya tamatan sarjana pertanian belum tentu mereka mengetahui tentang manfaat imunisasi namun sebaliknya walaupun tingkat pendidikan mereka rendah tetapi mereka mengerti tentang pentingnya manfaat imunisasi bagi anak meraka.
Hasil uji statistik antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi diperoleh nilai p= 0,004 (p < 0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan variabel pemberian imunisasi BCG pada bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ali, Muhammad (2002) yaitu tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang imunisasi antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, dimana tingkat pengetahuan tentang imunisasi ini masih sangat kurang. Begitupun, walau tanpa dasar pengetahuan yang memadai ternyata di kalangan ibu tidak bekerja sikap dan perilaku mereka tentang imunisasi lebih baik dibanding ibu yang bekerja. Namun menurut hasil kesimpulan penelitian Idwar (2000), justru menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai risiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Hal tersebut membuktikan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktu luang untuk berkesempatan memperhatikan kebutuhan/imunisasi anaknya dibandingkan ibu yang bekerja. Tentunya aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada imunisasi anak tersebut.
Referensi
Achmadi, Umar Fahmi, (2006). Imunisasi Mengapa Perlu. Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara.
Agustina. dkk, (2001), Cakupan Imunisasi Balita dan Asi Eksklusif Di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Nasional, 250> Diakses dari http: // www.Google.com.12 Oktober 2009.
Ali, M. (2004). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Ali,Muhammad. (2002), Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Tentang Imunisasi, Medan,2002. http://library.usu.ac.id /modules.php. op= modload [16 Januari,2008 ]
Antoni P, (2008), Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Motivasi Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Bayi di Posyandu Guguak Malintang Wilayah di Puskesmas Gunung Kelurahan Ekor Lubuk Padang Panjang Timur 2008
Dep.Kes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jendral PP & PL. Jakarta: Depkes RI.
Dep.Kes RI. (2005). Keputusan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta. Dep. Kes. RI.
__________. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jendral PP & PL. Jakarta: Depkes RI.
__________. (2007). Rencana Pembangunan Kesehatan 2005-2010. Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI.
Gunodarmo, I. dan I Nyoman Sandika (2000). Perilaku Keorganisasian, cetakan kedua. Yogyakarta.
Hidayat. AAA. (2007). Metedologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika. Jakarta.
Idwar, (2000), Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Imunisasi Bayi di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Diakses dari http: //Depkes.com tanggal 22 Januari 2009.
Khalimah U. (2007) Hubungan Pendidikan dengan Pencapaian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang.
Laporan Unicef, tentang Himbauan Untuk Menyelamatkan Anak dengan Imunisasi. Diakses dari http: // www.Unicef org./ Indonesia.id / media 3175 html. 21 Januari 2008.
Nopriwan, M. (2008), Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pencapaian Imunisasi di Puskesmas Pangean Taluk Kuantan Tahun 2008. (Skripsi) Padang, PSIKM FK Unand.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_____________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.
_____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Simamora, B. (2004). Panduan Riset Perilaku Konsumen, cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Singarimbun, Masri dkk. Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi LP3ES
Sofiudin, (2009), Http://One.Indoskripsi.com.TBC Pada Anak.diakses pada tanggal 16 Oktober 2009.
Sumarwan, U. (2003). Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Swistantoro. (2004). Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan. Pekanbaru.
Taufik, M. (2007). Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan, Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV. Infomedika.
Zein, A.Y. dan Eko Suryani. (2005). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar yang baik dan jangan Spam